Part 8: Bayangan yang Muncul
Suasana malam semakin mencekam, dan Tosan merasa ketegangan semakin menggigit setiap inci tubuhnya. Saat itu, pria berjubah hitam yang berdiri beberapa meter darinya tidak menunjukkan tanda-tanda akan mendekat, namun tatapan tajamnya terus membekas di benak Tosan. Entah apa yang membuat Tosan merasa demikian, tapi ia tahu bahwa pria itu bukanlah seseorang yang bisa dianggap enteng. Ada aura misterius yang mengelilinginya, seolah-olah ia bukan bagian dari dunia yang biasa dilalui Tosan sehari-hari.
Tosan berdiri kaku, motor yang mati di sampingnya terasa semakin berat. Ia menatap pria itu sejenak, mencoba mencari petunjuk atau tanda-tanda akan ada sesuatu yang terjadi. Tak ada suara lain di sekelilingnya, hanya angin malam yang berdesir lembut. Kota Sidoarjo yang biasanya ramai kini terasa sepi, hanya diwarnai oleh cahaya lampu jalan yang samar.
“Mas Tosan, akhirnya kamu datang juga,” suara pria itu akhirnya terdengar, suaranya dalam dan tenang, seperti sudah tahu siapa Tosan sejak lama. “Kami sudah menunggumu.”
Tosan terkejut, perasaan bingung dan cemas semakin mendera. "Menunggu saya?" Tosan bertanya dengan suara bergetar. "Siapa kamu? Apa yang kamu inginkan?"
Pria itu tidak langsung menjawab, malah melangkah mendekat, langkahnya tenang namun penuh wibawa. Tosan merasa kakinya ingin melangkah mundur, tetapi tubuhnya terasa kaku, terperangkap dalam tatapan pria itu. Hanya satu kata yang terbersit dalam benaknya: apa ini?
“Tosan, saya mengerti kalau kamu bingung. Tapi percayalah, kami bukan orang yang salah. Kami hanya ingin kamu tahu kebenarannya,” jawab pria itu, matanya tak lepas menatap Tosan. “Ada hal besar yang sedang terjadi, dan kamu—kamu adalah kunci untuk membuka semuanya.”
Kata-kata itu seperti petir yang menghantam kesadarannya. Tosan merasa ada yang salah, sesuatu yang lebih besar daripada sekadar pekerjaan sebagai kurir yang ia jalani. Namun, ia masih tidak tahu apa yang dimaksud dengan ‘kunci’ itu. Mengapa ia yang dipilih? Apa yang istimewa tentang dirinya?
“Beritahu saya apa yang sedang terjadi!” Tosan memaksa diri untuk bersuara. Suaranya terdengar lebih keras daripada yang ia inginkan, namun rasa takut yang mendera dirinya membuatnya ingin mengetahui segalanya. “Kenapa saya? Apa hubungan saya dengan semua ini?”
Pria itu tersenyum tipis, seolah-olah ia sudah tahu bahwa pertanyaan itu akan keluar dari mulut Tosan. “Karena kamu, Tosan. Kamu yang memulai ini, meski tanpa menyadarinya. Kamu sudah lama terlibat dalam perjalanan ini, meskipun kamu tidak tahu itu. Setiap pengiriman, setiap rute yang kamu lalui, membawa kamu lebih dekat pada jawaban yang belum kamu temui. Kamu tidak tahu, tapi kamu sedang diuji.”
Tosan merasa dunia di sekelilingnya berputar. Apa maksud pria itu? Apa yang sebenarnya terjadi di balik pengirimannya? Ia mulai merasa seperti terjebak dalam permainan yang tidak ia pahami, dan semakin ia mencoba keluar, semakin kuat tarikannya.
“Coba dengarkan saya, Tosan,” lanjut pria itu dengan suara lebih pelan, lebih penuh perhatian. “Kamu pernah bertanya-tanya mengapa pekerjaan kurirmu tampak selalu penuh dengan rute yang berubah-ubah? Mengapa tak satu pun perjalanan yang benar-benar mudah?”
Tosan mengangguk, meskipun ia merasa bingung dengan apa yang sedang terjadi. “Tentu saja, saya pernah bertanya-tanya. Setiap kali saya mengantarkan barang, saya merasa seperti ada yang mengikuti, seperti rute yang saya pilih bukanlah kebetulan,” jawab Tosan pelan. “Tapi saya selalu berusaha untuk tetap bekerja, terus melangkah, meskipun sering kali merasa ada yang tidak beres.”
Pria itu mengangguk, seolah memahami apa yang Tosan rasakan. "Itulah bagian dari ujian, Tosan. Setiap langkahmu diatur untuk membawa kamu pada titik ini. Kamu, tanpa sadar, telah terjebak dalam sebuah permainan besar yang melibatkan lebih banyak orang daripada yang kamu kira. Kamu hanya belum tahu siapa yang menarik benang-benang ini."
Tosan terdiam. Kata-kata pria itu semakin membingungkan dirinya. Apa maksudnya? Mengapa ia harus terlibat dalam permainan yang tak ia ketahui? Tapi di dalam dirinya, ada satu pertanyaan yang terus muncul, lebih penting dari apapun yang sudah ia dengar: apakah ini semua ada hubungannya dengan pesan-pesan yang diterimanya?
Pria itu melihat Tosan dengan tajam, seolah mengetahui apa yang sedang ada di dalam pikiran Tosan. "Kamu sudah berada di titik ini, Tosan. Kalau kamu melanjutkan perjalanan ini, kamu akan tahu siapa yang selama ini berada di balik semua ini. Tapi ingat, setiap jawaban yang kamu temukan akan membawa lebih banyak pertanyaan. Dan kadang, tidak semua pertanyaan bisa dijawab."
Tosan menghela napas panjang. Ia merasa terperangkap dalam situasi yang tidak pernah ia bayangkan. Tidak ada pilihan lain selain melanjutkan perjalanan ini. Ia tahu, jika berhenti sekarang, ia akan selalu dihantui oleh pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab.
"Jadi, apa yang harus saya lakukan?" tanya Tosan dengan suara tegas, meskipun dalam hatinya penuh kebingungan.
Pria itu tersenyum tipis, menatap Tosan dengan pandangan yang seolah penuh makna. "Mulailah dengan langkah pertama, Tosan. Pergilah ke alamat yang akan kami beri. Kami sudah menyiapkan semuanya. Setelah itu, kamu akan tahu lebih banyak."
Tosan merasa perasaan takut yang menggelayuti dirinya mulai mereda, digantikan oleh rasa ingin tahu yang semakin besar. Ia tahu bahwa ini adalah titik balik dalam hidupnya. Terkadang, dalam pencarian kebenaran, seseorang harus melangkah ke dalam kegelapan, tanpa tahu apa yang akan ia temui.
Tanpa banyak bicara lagi, pria itu melangkah mundur, dan dalam sekejap menghilang dalam kegelapan malam. Tosan hanya berdiri terdiam, merasakan ketegangan yang masih menggantung di udara. Namun, ia tahu satu hal pasti: jalan yang ia pilih tidak akan mudah. Dan semakin ia menggali, semakin ia menyadari bahwa kebenaran yang ia cari mungkin akan mengubah hidupnya selamanya.
Tosan menyalakan motor yang sempat mati dan melaju meninggalkan tempat itu. Setiap langkah yang ia ambil membawa ia lebih dekat pada jawaban, meskipun ia tahu, jawaban itu bisa jadi lebih menakutkan daripada yang ia bayangkan.
Perjalanan ini belum berakhir. Justru, ini baru saja dimulai.
Posting Komentar