Jasa Kurir Makanan Surabaya - Sidoarjo
Untuk bisa memanfaatkan jasa kurir makanan area Surabaya, Anda bisa langsung WA ke ke 0858 0666 1138 atau 081327707780. Dengan format
Nama Barang, Nama Pengirim, Alamat Pengambilan, telp - Nama Penerima, Alamat Penerima, Telp
Contoh :
(ambil) Baju, Ayu, Jl. Kupang Jaya 2 no 7 Surabaya, 0858 0666 1138 - (kirim) Sutris, Ngampel sari Tawangsari  50 Candi Sidoarjo, 081327707780. ... SELENGKAPNYA

Tosan Kurir, Part 6: Bayangan di Setiap Langkah


 

Part 6: Bayangan di Setiap Langkah

Tosan menatap layar ponselnya dengan rasa takut yang mulai merayap di hatinya. Pesan singkat yang baru saja diterimanya itu tidak bisa dibiarkan begitu saja. "Kami menunggumu di tempat yang sama. Jangan lewatkan kesempatan berikutnya." Kata-kata itu berputar di pikirannya, seperti sebuah teka-teki yang harus ia pecahkan. Ada banyak pertanyaan yang muncul, tetapi jawaban tidak kunjung datang. Siapa yang mengirim pesan itu? Apa yang sebenarnya terjadi di balik pekerjaan kurir yang seharusnya sederhana ini?

Malam itu, Tosan berusaha untuk tidur, namun kantuk terasa jauh darinya. Pikirannya terus dihantui pesan yang tidak jelas itu. Ia merasa tidak tenang, seolah ada sesuatu yang lebih besar yang sedang mengawasi dan menunggunya. "Mungkin ini hanya paranoia," pikirnya. "Mungkin saja ini hanya sebuah kebetulan."

Namun, semakin ia mencoba untuk melupakan pesan itu, semakin ia merasa ada yang aneh. Ponselnya masih tergeletak di samping tempat tidur, dan sesekali, ia menoleh ke layar, memastikan tidak ada pesan lain yang masuk. Semua tetap diam. Tapi perasaan gelisah di dalam dirinya semakin memuncak, seolah ada sesuatu yang hendak terjadi, dan Tosan harus siap menghadapinya.

Pagi itu, ia bangun lebih awal dari biasanya. Matahari sudah terbit, dan cahaya pagi menembus celah-celah jendela rumahnya yang menghadap ke sungai. Tosan duduk sebentar, mencoba untuk menenangkan pikirannya. Setelah merenung, ia memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya. Pekerjaan adalah yang harus ia lakukan, dan ia tidak boleh membiarkan ketakutan menghentikan langkahnya. Ia tahu, meskipun ada bayangan yang menghantui, hidupnya harus terus berjalan.

Namun, sesuatu yang tidak biasa terjadi pagi itu. Ponselnya berdering. Sebuah panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal. Jantung Tosan berdegup kencang, dan ia merasa darahnya berdesir di tubuhnya. Dengan tangan sedikit gemetar, ia mengangkat telepon.

"Mas Tosan?" suara di ujung telepon terdengar sangat familiar, namun ia tidak bisa langsung mengenali siapa itu. "Ini saya, Mas Danu."

Tosan menghela napas lega, meskipun rasa curiga masih ada di dalam dirinya. Ia merasa lebih tenang mendengar suara Mas Danu. "Mas Danu, saya baru saja menerima pesan aneh. Pesan itu datang dari nomor yang tidak saya kenal. Katanya, mereka menunggu saya di tempat yang sama. Apa maksudnya?" tanya Tosan dengan hati-hati.

Di sisi lain, suara Mas Danu terdengar sedikit cemas. "Itu... itu bukan dari saya, Mas Tosan. Saya tidak mengirim pesan seperti itu. Jangan khawatir, itu mungkin hanya spam atau pesan dari orang yang tidak bertanggung jawab."

Namun, Tosan masih merasakan ada sesuatu yang salah. Ia bisa mendengar sedikit kegelisahan dalam suara Mas Danu, seolah-olah ada sesuatu yang disembunyikan. "Tapi, Mas, saya merasa ada yang aneh. Semalam, saya mengantarkan paket ke alamat yang berbeda dari yang biasa saya terima. Itu... itu bukan tempat biasa. Bahkan nomor telepon yang diberikan juga tidak aktif. Dan setelah itu, saya menerima pesan itu. Apa yang sebenarnya terjadi, Mas?"

Mas Danu terdiam sejenak. Tosan bisa mendengar suara desahan pelan di ujung telepon. "Saya tidak tahu pasti, Mas Tosan. Namun, kalau ada sesuatu yang mencurigakan, sebaiknya Anda berhati-hati. Jangan terjebak dalam hal-hal yang bisa berbahaya. Kalau Anda merasa tidak nyaman, lebih baik hentikan saja."

Tosan merasa sedikit lebih tenang setelah mendengar kata-kata Mas Danu. Namun, perasaan was-was tetap ada. Ia tahu, meskipun Mas Danu berusaha menenangkan dirinya, ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi. Ada sesuatu yang lebih dari sekadar pengiriman barang yang ia lakukan setiap hari.

Hari itu, Tosan melanjutkan pekerjaannya. Ia harus mengantarkan beberapa paket ke beberapa alamat di sekitar Sidoarjo. Setiap kali ia melewati jalan-jalan yang sudah sangat familiar baginya, ia tidak bisa menepis perasaan bahwa ia sedang diawasi. Beberapa kali, ia merasa ada kendaraan yang mengikuti jejaknya. Namun, ketika ia berusaha melihat lebih jelas, kendaraan itu menghilang, seperti bayangan yang hanya ada di ujung matanya.

Ketika ia sampai di sebuah persimpangan, Tosan melihat sebuah motor berhenti di sisi jalan. Seorang pria bertopi hitam berdiri di samping motor itu, dengan tangan menyembunyikan sesuatu di dalam jaketnya. Pria itu melihat Tosan dengan tatapan yang tajam, namun Tosan hanya memperhatikan sekilas dan melanjutkan perjalanan.

Namun, dalam hati, ia merasa ada yang tidak beres. Apa yang sebenarnya terjadi di kota ini? Mengapa ia merasa seperti ada seseorang yang mengikuti langkahnya? Tosan mulai menyadari bahwa pekerjaannya sebagai kurir tidak semudah yang ia bayangkan. Di balik setiap pengiriman, ada cerita yang belum terungkap. Ada orang-orang yang bersembunyi di balik bayang-bayang, menunggu untuk muncul di saat yang tak terduga.

Tosan mempercepat laju motornya, mencoba untuk mengabaikan rasa takut yang perlahan-lahan mulai merayapi dirinya. Ia tahu bahwa jalan yang ia pilih adalah jalan yang penuh tantangan. Namun, ia tidak bisa mundur. Tidak sekarang. Pekerjaan ini bukan hanya soal mengantarkan barang. Ini adalah ujian bagi dirinya, untuk bertahan dan mengungkap kebenaran yang tersembunyi di balik setiap rute yang ia lewati.

Hari itu, perjalanan Tosan terasa lebih panjang dari biasanya. Setiap jalan yang ia lewati tampak lebih gelap, lebih sempit, seolah kota ini menyembunyikan banyak rahasia. Ia merasa seperti ada sesuatu yang terus membuntutinya, namun ia tidak bisa melihat dengan jelas apa itu. Hanya ada rasa cemas yang terus menguasai dirinya.

Sampai akhirnya, Tosan menerima sebuah pesan lagi. Pesan itu kali ini datang dengan format yang lebih jelas. "Kami tahu kamu sedang menghindar. Jangan lari, Tosan. Kami menunggumu di tempat yang sama. Jangan biarkan kesempatan ini terlewat."

Pesan itu kembali mengganggu pikiran Tosan. Ia merasa tubuhnya kaku, dan motor yang ia kendarai terasa lebih berat. Tosan tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu. Ada banyak hal yang tidak ia ketahui, dan perasaan gelisah itu semakin besar. Tetapi, ia juga sadar bahwa tidak ada jalan keluar yang mudah. Jika ia ingin mengerti apa yang sebenarnya terjadi, ia harus berani menghadapi semua ini, meskipun itu berarti masuk ke dalam kegelapan yang belum ia pahami.

Dengan tekad yang bulat, Tosan melanjutkan perjalanan. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa yang menunggunya di balik misteri ini? Tosan tidak tahu pasti, namun ia tahu bahwa tidak ada jalan lain. Dalam hidupnya, ia sudah terlalu banyak mengalami hal-hal yang tidak terduga. Dan kali ini, ia tidak akan mundur.

Tosan Kurir, Part 5: Jejak yang Tersisa


 

Part 5: Jejak yang Tersisa

Setelah mengantarkan paket ke rumah yang misterius itu, Tosan merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Pikirannya terus melayang, mencoba mencerna semua yang baru saja ia alami. Rute yang ia lewati tadi bukanlah rute biasa, dan pertemuan dengan pria di rumah itu juga terasa sangat aneh. Semua terasa begitu cepat, seperti ada kekuatan tak terlihat yang mengatur semuanya.

Saat kembali ke motor, Tosan masih merasa ada yang salah, namun ia tidak tahu pasti apa itu. Ia memutuskan untuk pulang, meninggalkan lorong sempit dan gang-gang gelap itu, dan kembali ke rumahnya yang lebih tenang di pinggir sungai. Perjalanan pulang terasa lebih lama dari biasanya. Pikiran Tosan terus berputar, merenung tentang apa yang baru saja terjadi.

Saat ia sampai di rumah, suasana di sekitar rumahnya terasa lebih menenangkan. Udara malam yang segar dan suara gemericik air sungai yang mengalir lembut membuat Tosan sedikit lebih tenang. Ia meletakkan helm dan jaketnya, lalu duduk di kursi depan rumah sambil menghela napas panjang. Tangan kanannya memegang ponsel, membuka aplikasi pesan untuk memastikan kalau tidak ada instruksi lain dari pelanggan.

Namun, sesuatu yang aneh terjadi. Di layar ponsel Tosan, tidak ada pesan baru dari Mas Danu atau siapa pun. Seharusnya, jika pekerjaan selesai, pelanggan akan memberikan umpan balik atau sekadar mengucapkan terima kasih. Namun, ponsel Tosan hanya menampilkan layar kosong. Tidak ada pesan, tidak ada panggilan.

Tosan memutuskan untuk menghubungi nomor yang diberikan Mas Danu lagi. Ia menekan tombol telepon, berharap kali ini nomor tersebut dapat tersambung. Namun, tak ada jawaban. Suara panggilan yang kosong terdengar di telinga Tosan, seolah-olah nomor itu tidak ada.

Pikiran Tosan semakin kacau. Ia tahu bahwa nomor yang diberikan bukan nomor baru, karena sebelumnya, ia sempat berkomunikasi dengan nomor itu. Namun sekarang, nomor itu hilang begitu saja. Tosan merasa bingung dan mulai bertanya-tanya apakah ia telah jatuh ke dalam jebakan atau ada yang tidak beres dalam tugas kali ini.

Ia memutuskan untuk mencoba lebih sabar. Mungkin saja, ini hanya kesalahan teknis atau ada penundaan yang tidak terduga. Namun, perasaan tidak nyaman tetap menggelayuti dirinya. Tosan memutuskan untuk menutup ponselnya sejenak dan berbaring di tempat tidur. Pikiran-pikirannya berputar, mencoba mencerna kejadian hari ini. Tidak hanya soal rute yang misterius dan rumah yang aneh, tetapi juga soal dirinya sendiri. Apa yang sebenarnya ia cari dalam pekerjaan ini? Apakah ini benar-benar jalan yang tepat untuknya?

Tosan berpikir tentang masa lalu. Ketika ia masih bekerja di pabrik, hidupnya terasa lebih sederhana. Meski pekerjaan di pabrik melelahkan, setidaknya ia tahu apa yang diharapkan setiap hari. Namun kini, setelah ia memutuskan untuk menjadi seorang kurir dan menjalankan usaha sendiri, semuanya terasa lebih tidak pasti. Terkadang, pekerjaan ini membawa kebahagiaan, tapi di sisi lain, sering kali membawa kekhawatiran dan ketidakpastian.

Seiring dengan perasaan itu, Tosan memejamkan matanya, mencoba tidur. Namun, pikirannya tetap aktif, dan perasaan gelisah itu tak kunjung reda. Akhirnya, ia memutuskan untuk bangun lagi dan menyusuri halaman rumahnya. Malam itu, udara terasa begitu segar, dan suara gemericik air sungai yang mengalir semakin menenangkan pikiran Tosan. Dia tahu, bahwa meski hari ini penuh dengan ketidakpastian dan rasa takut, ia harus terus berjalan.


Tepat ketika ia berdiri di halaman rumah, Tosan merasakan sesuatu yang aneh. Sebuah bayangan bergerak cepat di belakangnya. Ia menoleh dengan cepat, namun tidak ada siapa pun di sekitar. Hanya angin malam yang bertiup lembut dan suara dedaunan yang bergerak. Tosan merasa ada yang mengawasinya, tetapi tak ada yang dapat ia lihat dengan jelas.

"Perasaan ini... apa yang sebenarnya terjadi?" gumamnya dalam hati.

Tosan kembali ke dalam rumah, mencoba untuk menenangkan pikirannya. Namun, meskipun ia telah mencoba tidur, matanya tetap terjaga, seolah-olah ada sesuatu yang mengganjal. Ponselnya yang masih tergeletak di meja sebelah tempat tidurnya tiba-tiba berbunyi. Tosan terkejut, lalu dengan cepat mengambilnya.

Di layar ponsel, sebuah pesan baru muncul. Kali ini, bukan dari Mas Danu, melainkan dari nomor yang tidak dikenalnya. Hanya ada satu kalimat singkat di dalam pesan itu: "Kami menunggumu di tempat yang sama. Jangan lewatkan kesempatan berikutnya."

Pesan itu membuat Tosan merinding. Ia merasa ketakutan, tetapi juga penasaran. Siapa yang mengirim pesan itu? Mengapa tiba-tiba ada pesan seperti ini? Apa maksud dari kata-kata itu?

Tosan meletakkan ponselnya dan duduk di tepi tempat tidur, berpikir keras. Apa yang harus ia lakukan? Apakah ini hanya kebetulan? Atau ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi? Tosan tahu, ia harus berhati-hati dan menjaga kewaspadaan, tetapi juga merasa bahwa ia tidak bisa menghindari misteri yang sedang terungkap di hadapannya.

Esok hari, ia memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya. Namun, kali ini, dengan hati yang lebih waspada, penuh pertanyaan yang belum terjawab. Pekerjaan ini, yang awalnya terlihat sederhana, kini mulai membuka lebih banyak lapisan yang tersembunyi. Tosan merasa bahwa perjalanan baru saja dimulai, dan ia belum tahu apa yang akan dihadapinya ke depan. Namun satu hal yang pasti: ia tidak akan mundur, meskipun bayang-bayang misteri terus mengikutinya.

Tosan Kurir, Part 4: Rute Misterius di Tengah Kota


 

Part 4: Rute Misterius di Tengah Kota

Pagi itu, cuaca di Sidoarjo terasa cerah, meskipun di beberapa bagian langit masih terlihat awan putih yang perlahan-lahan mengalir. Tosan terbangun lebih awal dari biasanya. Hari ini terasa berbeda. Seperti ada sesuatu yang menarik di luar sana, meski ia tidak bisa memastikannya. Ia sudah siap untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai kurir, meskipun hari-hari yang ia jalani sering kali penuh dengan ketidakpastian.

Pagi ini, pesan masuk di ponselnya. Tosan membuka aplikasi pesan yang terhubung ke akun kurirnya, dan membaca instruksi dari pelanggan yang baru pertama kali ia terima. Pesan itu datang dari seseorang yang bernama Mas Danu. Tosan sedikit terkejut karena nama itu tidak familiar, namun ia tidak terlalu memikirkannya. Semua pelanggan pasti harus dilayani dengan baik.

"Selamat pagi, Mas Tosan. Saya butuh bantuan Anda untuk mengantarkan paket penting dari kantor kami di pusat kota Sidoarjo menuju rumah di daerah Taman Pinang. Saya akan kirimkan alamat lengkap dan pin lokasi untuk memudahkan Anda," begitu bunyi pesan tersebut. Tosan membalas pesan itu dengan sigap, meminta nomor telepon dan memastikan detail alamat agar bisa menemukan lokasi dengan mudah.

Tak lama, informasi lengkap tentang alamat dan pin lokasi sudah diterima. Tosan mencatatnya dengan seksama, merasa yakin bahwa hari ini akan berjalan lancar, seperti biasa. Namun, ada sesuatu yang sedikit mengganjal di hatinya. Alamat yang diberikan Mas Danu bukanlah tempat yang biasa ia kunjungi. Kawasan pusat kota Sidoarjo, meskipun familiar, memiliki banyak gang-gang kecil yang kadang cukup membingungkan, terutama jika cuaca sedang tidak mendukung.

Namun, ia tak berpikir panjang. Itu adalah pekerjaan yang harus diselesaikan. Dengan hati yang tetap penuh semangat, Tosan menyalakan motornya dan mulai melaju. Pagi itu, kota masih cukup sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang melintas, dan udara terasa segar meskipun sedikit lembap akibat hujan yang turun semalam.

Perjalanan menuju pusat kota berjalan lancar. Tosan melewati jalan-jalan utama Sidoarjo yang sudah dikenalnya dengan baik. Namun, semakin ia dekat dengan lokasi tujuan, semakin terasa ada yang tidak biasa. Jalan-jalan di sekitar pusat kota tiba-tiba berubah menjadi lebih sempit, dengan gang-gang yang lebih ramai dan berbelok-belok. Tosan merasa ada sesuatu yang aneh.

Ketika sampai di titik yang sudah cukup dekat dengan alamat yang diberikan, Tosan mulai merasa bingung. Lokasi yang dimaksud tampaknya bukanlah tempat yang familiar baginya. Ia berhenti sejenak di pinggir jalan, membuka ponsel, dan memeriksa pin lokasi yang baru saja diterimanya. Ternyata, alamat tersebut membawa Tosan ke sebuah gang kecil yang tampaknya jarang dilewati orang.

Rasa curiga mulai muncul di hati Tosan. Ia memperhatikan sekeliling dengan cermat. Gang kecil yang menuju lokasi itu terasa sunyi dan sepi, berbeda dengan suasana kota yang ramai. Di salah satu sudut gang, sebuah bangunan tua yang tampaknya sudah lama tidak digunakan terlihat hampir tertutup oleh tanaman merambat. Meski begitu, Tosan merasa ada yang aneh. Tak ada tanda-tanda kehidupan di sekitar sana, hanya suara-suara kendaraan yang terdengar samar dari kejauhan.

Tosan mencoba menghubungi nomor yang diberikan oleh Mas Danu untuk memastikan petunjuk lebih lanjut. Namun, nomor itu tidak aktif. Tosan merasa kebingungan. Untuk beberapa saat, ia hanya terdiam, menimbang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Ia tahu, jika ia terus maju ke dalam gang itu, ia akan memasuki daerah yang tampaknya tidak biasa. Namun, ia juga tidak ingin mengecewakan pelanggan yang telah memintanya untuk mengantarkan barang.

Setelah beberapa saat berpikir, Tosan memutuskan untuk melanjutkan. “Mungkin ini hanya jalan yang belum pernah saya lewati sebelumnya,” katanya dalam hati, mencoba menenangkan diri. Ia mulai melaju memasuki gang kecil itu, dengan perlahan, sambil tetap memeriksa keadaan sekitarnya.

Sambil terus mengendarai motor, Tosan mengingat kembali perjalanan-perjalanan sebelumnya. Meski selalu ada ketidakpastian, selalu ada rasa syukur yang mengiringinya. Setiap perjalanan adalah ujian bagi dirinya untuk tetap sabar dan ikhlas. Namun, kali ini ia merasa ada sesuatu yang berbeda. Semua jalan yang ia lewati terasa semakin sempit, semakin tidak biasa. Lampu jalan di gang-gang ini pun sangat redup, hanya ada cahaya samar yang memantul dari beberapa jendela rumah yang terletak di samping kiri dan kanan.

Tak lama kemudian, Tosan sampai di ujung gang yang berakhir di sebuah lorong sempit yang lebih mirip jalan buntu. Ia berhenti, merasa ragu. Jalan yang ada di depannya tampak gelap, seperti sebuah lorong yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya. Hatinya mulai tidak nyaman, namun ia berusaha untuk tetap tenang.

Ia membuka ponselnya lagi untuk memeriksa petunjuk lebih lanjut. Tiba-tiba, sebuah pesan masuk. Tosan membuka pesan itu dengan cepat. Kali ini, pesan tersebut hanya berisi satu kalimat singkat: "Masukkan paket ke rumah dengan nomor 29. Terima kasih." Tidak ada nama pengirim, tidak ada penjelasan lebih lanjut. Hanya alamat dan instruksi yang tidak jelas.

Dengan hati yang semakin bingung, Tosan memutuskan untuk melanjutkan. "Saya harus melakukan ini," pikirnya. Ia melaju pelan-pelan menuju rumah nomor 29 yang tertera di pintu rumah yang tampaknya sudah tua dan tak terawat. Rumah itu terletak di ujung lorong gelap, dengan pintu yang sedikit terbuka.

Setiap langkah yang Tosan ambil menuju pintu rumah itu, terasa semakin berat. Hujan yang mulai turun lagi memberi kesan suram pada suasana sekitar. Angin malam bertiup kencang, membuat daun-daun kering yang jatuh dari pohon di sekitarnya berdesir seperti bisikan yang tak jelas. Namun, Tosan memaksakan dirinya untuk mendekati pintu rumah yang sedikit terbuka itu.

Pintu itu terbuka dengan suara berderit, memperlihatkan ruang dalam yang gelap. Tosan berdiri sejenak di ambang pintu, merasakan ada sesuatu yang ganjil, tapi ia mengumpulkan keberanian untuk masuk. Perlahan, ia melangkah ke dalam, memanggul paket di tangannya, dan mengetuk pintu.

Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar dari dalam. Pintu itu terbuka perlahan, memperlihatkan seorang pria tinggi dengan wajah yang tertutup bayangan. "Terima kasih, Mas," katanya pelan. Tosan hanya bisa tersenyum lemah, merasa ada sesuatu yang tidak beres dalam kejadian ini.

Paket itu diserahkan dengan cepat, dan pria itu menutup pintu tanpa banyak bicara. Tosan berdiri beberapa detik, merenung di depan pintu yang sudah tertutup rapat. Rasa tidak nyaman masih menyelubungi dirinya, namun ia tahu bahwa tugasnya telah selesai.

Ia berbalik, berjalan keluar lorong sempit, dan kembali menaiki motornya. Suasana kota yang semula terlihat biasa kini terasa semakin asing. Tosan menghela napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya. Ia tidak tahu apakah semua itu hanya kebetulan, ataukah ada sesuatu yang lebih dalam di balik rute misterius yang ia lewati tadi. Namun, satu hal yang ia tahu pasti: perjalanan ini membawa lebih dari sekadar barang yang dikirimkan. Setiap jalan yang ia lewati, setiap pelanggan yang ia temui, membawa pelajaran yang lebih besar tentang keberanian dan kepercayaan diri.

Dengan rasa ingin tahu yang tak terjawab, Tosan melanjutkan perjalanan pulang, berharap bisa mengungkap misteri di balik rute yang ia lalui hari ini.

Tosan Kurir, Part 3: Tantangan di Tengah Hujan


 

Part 3: Tantangan di Tengah Hujan

Siang itu, awan gelap mulai menggelayut di langit Sidoarjo, memberi tanda bahwa hujan deras akan segera turun. Tosan duduk di rumahnya, mengamati cuaca sambil berharap pesanan lain segera masuk. Ia sudah bertekad, tak peduli hujan atau panas, ia akan menjalankan usaha kurir ini dengan penuh tanggung jawab.

Tak lama, ponselnya berdering. Sebuah pesan masuk melalui aplikasi pesan yang terhubung dengan akun kurirnya. "Selamat siang, Mas Tosan. Saya butuh pengiriman barang dari Toko Al-Khair di kawasan Buduran, ke rumah di daerah Pucang," begitu pesan yang dikirim oleh seorang pelanggan baru bernama Bu Dini.

Tosan dengan sigap membalas, "Siang, Bu Dini. Bisa minta alamat lengkap dan nomor telepon untuk lokasi pengambilan dan tujuan kirimnya? Kalau bisa, tolong kirimkan juga pin lokasinya agar lebih mudah saya temukan, Bu."

Tak lama kemudian, Bu Dini membalas dengan detail yang diminta. Tosan mencatat dengan teliti setiap informasi, memastikan tak ada yang terlewat. Setelah alamat lengkap, nomor telepon, dan pin lokasi diterima, ia mengucapkan terima kasih dan memberi tahu Bu Dini bahwa ia akan segera berangkat.

Tosan meraih jas hujannya yang ia gantung di belakang pintu, bersiap untuk menghadapi kemungkinan hujan lebat di tengah perjalanan. Ia melirik motornya dan memastikan semuanya sudah siap, termasuk tas pengiriman yang ia pasang dengan aman di bagian belakang motor. Sembari berdoa, ia menghidupkan mesin dan mulai melaju ke arah Buduran, tempat pengambilan paket pertama.

Saat perjalanan menuju Buduran, gerimis mulai turun. Ia mempercepat laju motornya agar bisa sampai di toko sebelum hujan semakin deras. Sepanjang jalan, Tosan terus berdzikir dan melafalkan sholawat, memohon keselamatan dan kelancaran. Meski jalanan mulai basah dan licin, hatinya terasa tenang, seolah langkahnya dijaga.

Ketika sampai di Toko Al-Khair, Tosan segera parkir dan masuk ke dalam. Ia memberi tahu kasir bahwa ia datang untuk mengambil barang pesanan atas nama Bu Dini. Pihak toko menyerahkan paket tersebut, sebuah kotak berukuran sedang yang telah dilapisi plastik agar aman dari hujan. Tosan meletakkan paket itu dengan hati-hati di dalam tas pengiriman, lalu mengencangkan ritsleting agar barang tetap aman.

Sebelum melanjutkan perjalanan menuju Pucang, ia memeriksa kembali pesan dari Bu Dini untuk memastikan alamat dan pin lokasi sudah benar. Hujan yang tadinya hanya gerimis, kini mulai turun semakin deras. Tosan mengenakan jas hujan, lalu menutupi tas pengiriman dengan tambahan pelindung plastik agar paket tetap kering.

Dengan penuh kehati-hatian, ia mulai melaju ke arah Pucang. Perjalanan kali ini penuh tantangan. Air hujan yang deras membuat pandangan agak terbatas, dan beberapa ruas jalan mulai tergenang air. Namun, Tosan tetap melafalkan dzikir dan sholawat di sepanjang jalan, menguatkan dirinya untuk fokus dan tenang.

Di tengah perjalanan, sebuah tantangan baru muncul. Sebuah truk besar melintas dan menyebabkan cipratan air yang mengenai bagian depan motornya. Tosan hampir kehilangan keseimbangan, namun dengan sigap ia berhasil menguasai kemudi. Di hatinya, ia mengucapkan syukur atas perlindungan Allah. “Alhamdulillah,” gumamnya pelan, merasa lega meski sempat dibuat panik oleh insiden kecil itu.

Saat mendekati area Pucang, ia berhenti di tepi jalan untuk memeriksa peta dan pin lokasi yang dikirimkan oleh Bu Dini. Setelah memastikan arah yang tepat, ia kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah pelanggan. Hujan yang masih mengguyur tak mengendurkan semangatnya untuk menyelesaikan tugas dengan baik.

Akhirnya, ia sampai di lokasi tujuan. Rumah Bu Dini terlihat sederhana namun rapi, terletak di ujung gang kecil. Ia memarkir motornya di depan rumah, lalu mengetuk pintu. Tak lama, seorang wanita paruh baya muncul, tersenyum lebar meski melihat Tosan basah kuyup di bawah jas hujannya.

"Terima kasih sudah mau antar di tengah hujan begini, Mas Tosan. Barangnya aman, kan?" tanya Bu Dini dengan nada khawatir.

Tosan tersenyum ramah. “Aman, Bu Dini. Sudah saya lindungi dengan baik selama perjalanan.”

Ia menyerahkan paket tersebut, memastikan tidak ada air yang masuk ke dalam. Bu Dini tampak puas dan berterima kasih atas layanan Tosan yang cepat dan teliti. Setelah menerima pembayaran dan ucapan terima kasih yang tulus, Tosan pun berpamitan.

Dalam perjalanan pulang, meski tubuhnya sedikit lelah dan basah, hati Tosan penuh dengan rasa syukur. Tantangan di tengah hujan ini memberinya kekuatan untuk menghadapi pekerjaan dengan lebih sabar dan penuh ketekunan. Ia tahu bahwa ini baru awal dari perjalanannya sebagai kurir, dan setiap pengalaman seperti ini membuatnya semakin tangguh.

Sambil memacu motornya pelan di bawah hujan yang mulai reda, ia kembali melafalkan dzikir dan sholawat. Bagi Tosan, setiap perjalanan adalah kesempatan untuk memperkuat ikhtiar dan mendekatkan diri kepada Allah. Dengan harapan besar di hatinya, ia siap menghadapi tantangan baru esok hari, tak peduli hujan atau panas.

 

___________________

Setelah selesai menjalankan tugasnya hari itu, Tosan kembali ke rumahnya di pinggir sungai kecil di Sidoarjo. Suasana senja yang tenang menyambutnya saat ia tiba, dengan sisa-sisa hujan yang masih menetes dari atap rumah. Badannya terasa pegal, namun ada rasa puas yang memenuhi hatinya.

Sesampainya di dalam rumah, Tosan menggantungkan jaket dan jas hujannya yang masih basah, kemudian duduk di kursi dekat jendela. Pandangannya menerawang, dan tanpa sadar ia mulai mengenang perjalanannya tadi siang. Perjalanan yang awalnya tampak sederhana itu ternyata penuh dengan pelajaran dan makna bagi dirinya.

Ia mengingat bagaimana hujan mulai turun saat ia berangkat mengambil barang di Buduran. Hujan yang awalnya hanya gerimis kemudian berubah menjadi deras, seolah-olah ingin menguji ketangguhan hatinya. Sepanjang perjalanan, Tosan merasa seperti dihadapkan pada berbagai ujian. Saat mengendarai motor di tengah hujan deras, ia merasakan butiran air hujan yang jatuh seperti menguji kesabarannya. Motor yang ia beli dengan hasil jerih payahnya dulu, kini menjadi saksi dalam setiap langkah awal usahanya sebagai kurir. Motor ini bukan hanya alat transportasi, tapi seolah-olah menjadi teman setianya yang ikut merasakan setiap tantangan.

"Saya kira perjalanan ini akan mudah," gumam Tosan, sambil menghela napas. Ia mengingat momen ketika ia hampir tergelincir saat melintasi genangan air, terutama di jalanan yang licin dan tergenang. Ia sempat diliputi rasa takut, namun setiap kali rasa itu muncul, ia mencoba menenangkan diri dengan berdzikir dan bersholawat. Doa-doa itu baginya seperti perisai tak terlihat, yang menjaga hatinya tetap kuat di tengah terpaan hujan dan angin.

Tosan juga mengenang bagaimana ketika sampai di depan toko, ia harus menunggu beberapa saat karena petugas sedang menyiapkan paketnya. Di sana, ia melihat orang-orang yang berlalu lalang dengan keperluan masing-masing. Banyak di antara mereka yang terburu-buru dan tergesa-gesa, membuat Tosan berpikir tentang waktu dan ketergesa-gesaan manusia dalam hidup ini. Dalam hati, ia berjanji untuk selalu menjalankan pekerjaannya dengan tenang, penuh kesabaran, dan tanpa terburu-buru, walaupun tantangan dan cuaca tak menentu menghadangnya.

Ia teringat juga saat Bu Dini, pelanggan yang memesan jasa antar hari itu, memberikan tip dan ucapan terima kasih yang tulus. Senyuman hangat dari Bu Dini masih tergambar jelas di pikirannya. Bagi Tosan, apresiasi itu lebih dari sekadar penghargaan; itu adalah bukti bahwa pekerjaannya berarti bagi orang lain. Senyuman dan doa tulus dari seorang pelanggan memberinya semangat lebih besar untuk menjalani profesinya dengan penuh keikhlasan.

Malam itu, sambil memandang langit yang mulai cerah setelah hujan reda, Tosan merasakan ketenangan yang sulit dijelaskan. Perjalanannya hari ini seolah membuka matanya bahwa setiap langkah dalam pekerjaan ini bukan hanya soal membawa barang dari satu titik ke titik lainnya. Ada keikhlasan yang teruji dalam setiap tantangan, ada ketangguhan yang lahir dari setiap rintangan yang ia lewati.

“Perjalanan ini baru permulaan, tapi terasa begitu dalam,” batinnya sambil tersenyum kecil. Ia tahu, ke depan mungkin masih akan banyak tantangan yang harus dihadapinya, baik yang terlihat maupun yang tidak. Namun, Tosan siap menghadapinya dengan sepenuh hati.

Dengan senyum yang tetap melekat di wajahnya, Tosan memutuskan untuk mengakhiri harinya dengan rasa syukur. Malam itu, ia berdoa dengan sungguh-sungguh, memohon kepada Allah agar diberikan kekuatan dan kelancaran dalam menjalankan usaha ini. Bagi Tosan, setiap hari adalah kesempatan untuk berbuat baik, untuk memberi yang terbaik, dan untuk terus belajar dari pengalaman yang ada di depan mata. Dan malam itu, ia tidur dengan hati yang lebih kuat, lebih tenang, dan lebih yakin akan hari esok.

 

Tosan Kurir, Part 2: Sinyal Panggilan Pertama


 

Part 2: Sinyal Panggilan Pertama

Langit pagi itu cerah, angin pagi Sidoarjo terasa sejuk menerpa wajah Tosan yang siap memulai harinya sebagai kurir. Setelah menyelesaikan pengiriman pertama yang dibantu oleh Andi, Tosan kini bersiap menghadapi pesanan baru. Ponselnya masih sunyi, belum ada notifikasi baru di aplikasi pesan atau media sosialnya. Namun, Tosan tetap bersemangat, bersiap-siap di depan motornya yang selalu setia.

Sambil menunggu order pertama hari itu, Tosan mengingat pesan orang tuanya agar selalu memulai aktivitas dengan berdoa. Ia beristighfar, mengucap dzikir, dan bersholawat, berharap setiap perjalanan yang ia tempuh membawa berkah. Di benaknya, ia percaya bahwa setiap doa akan membimbingnya pada arah yang lebih baik, bahwa setiap dzikir akan menjaganya di jalan, dan setiap sholawat akan menghubungkan harapannya kepada Allah melalui keberkahan Rasulullah.

Seketika, sebuah notifikasi terdengar di ponselnya. Sinyal itu, meski sederhana, bagai panggilan baru yang menyalakan semangat Tosan. Sebuah pesanan masuk dari seorang pelanggan yang tinggal di daerah Gedangan. Pelanggan ini meminta barangnya diambil di sebuah toko elektronik di Waru untuk kemudian diantar ke rumahnya di Gedangan.

Tosan tak membuang waktu. Ia segera membalas pesan itu dengan sopan, memberi kepastian kepada pelanggan baru tersebut bahwa ia akan segera menuju lokasi pengambilan. Tak lama setelah itu, ia pun memulai perjalanan menuju Waru, sambil berdoa agar perjalanannya lancar tanpa hambatan.

Sepanjang perjalanan, Tosan terus menggumamkan dzikir dan sholawat. Dengan hati yang tenang, ia merasa perjalanan ini tidak sekadar pekerjaan, melainkan bentuk pengabdian dan ikhtiar. Setiap ruas jalan yang dilaluinya ia lalui dengan penuh syukur. Rasa percaya diri dan harapan menguat dalam dirinya. Meski jalur yang ia lewati cukup ramai, ia merasa seolah dilindungi dan diarahkan oleh doa-doanya.

Ketika mendekati pusat Waru, jalanan mulai padat. Beberapa kendaraan terhenti akibat lampu lalu lintas yang cukup lama. Sambil menunggu, Tosan menghela napas dan kembali mengucapkan dzikir dengan khusyuk. Di dalam hati, ia terus berharap agar usahanya yang baru ini diberikan kelancaran. Ia merasa bahwa setiap detik yang ia lalui dalam perjalanan ini adalah bentuk latihan kesabaran dan keteguhan hati.

Setelah melewati lampu merah dan keluar dari kepadatan jalan utama, akhirnya ia tiba di toko elektronik yang disebutkan oleh pelanggan. Toko itu tampak ramai, dan Tosan segera menghampiri kasir untuk menyampaikan bahwa ia datang untuk mengambil pesanan atas nama pelanggan yang disebutkan. Setelah memastikan semuanya sesuai, pihak toko menyerahkan paket kepada Tosan—sebuah kotak elektronik yang tampak ringkih. Tosan segera menyimpannya dengan hati-hati di dalam tas pengiriman, memastikan barang tersebut terlindung dengan baik.

Sebelum melanjutkan perjalanan, ia kembali menarik napas panjang dan berdoa agar perjalanannya selamat sampai tujuan. Dengan penuh tekad, ia menyalakan motor dan mulai melaju menuju Gedangan, tempat tujuan pengiriman. Di sepanjang perjalanan, ia kembali berdzikir dan bersholawat, merasakan ketenangan yang mengalir di dalam hati.

Dalam perjalanannya menuju Gedangan, jalanan menjadi sedikit lengang. Angin yang berembus lembut menambah rasa syukur dalam diri Tosan. Ia tak henti-hentinya mengucap alhamdulillah dalam hati, merasa diberkahi atas segala kesempatan ini. Sesekali, ia membayangkan betapa bersyukurnya pelanggan saat menerima barang pesanannya dalam keadaan baik. Baginya, menjadi kurir bukan sekadar mengantar barang, tetapi mengantar kebahagiaan dan kepercayaan.

Ketika akhirnya ia tiba di daerah Gedangan, ia memeriksa alamat tujuan di ponselnya sekali lagi untuk memastikan ia tidak tersesat. Rumah pelanggan itu berada di sebuah perumahan sederhana. Saat ia mengetuk pintu, seorang pria berusia paruh baya keluar dengan senyum di wajahnya.

"Ini pesanan dari toko elektronik, Pak," ucap Tosan sambil menyerahkan paket tersebut dengan hati-hati.

"Terima kasih, Mas Tosan. Cepat sekali, ya. Saya baru pesan tadi pagi," jawab pria itu sambil tersenyum lebar.

Tosan membalas senyum itu dengan rasa syukur. “Sama-sama, Pak. Semoga bermanfaat.”

Pria itu mengucapkan terima kasih sekali lagi, memberikan beberapa lembar rupiah sebagai tip tambahan. Walau Tosan tak mengharapkan apa pun selain senyum dan rasa puas pelanggan, tip ini ia terima sebagai bentuk penghargaan atas jerih payahnya.

Dalam perjalanan pulang, hati Tosan terasa ringan. Sembari mengucapkan syukur dan melafalkan sholawat, ia sadar bahwa setiap perjalanan mengajarkannya arti keikhlasan. Andi benar—usaha ini bisa menjadi jalan rezeki, namun lebih dari itu, pekerjaan ini memberinya rasa percaya diri dan keyakinan bahwa Allah akan membimbing setiap langkahnya.

Kini, Tosan semakin bersemangat menantikan panggilan-panggilan berikutnya, dengan doa dan sholawat yang selalu menemani setiap putaran rodanya di jalanan Sidoarjo.

Kurir kirim makanan

106: Kurir kirim makanan ya?

uma: Ya

uma: Dari mana ke mana

106: Cuma 1 pak ndak 1 dus

106: Klo bisa kira2 ongkir brp

uma: Untuk kapan

106: Besok

uma: 15rb

uma: Perlu alamat lengkap 





Tosan Kurir, Part 1: Ketika Roda Pertama Berputar


Part 1: Ketika Roda Pertama Berputar

Pagi itu, kabut tipis masih menyelimuti sungai kecil yang mengalir tenang di belakang rumah Tosan. Ia berdiri di depan motornya, mengenakan jaket dan helm, sembari menatap dalam-dalam kendaraan yang telah ia beli dari hasil kerjanya di pabrik. Dua bulan terakhir terasa berat sejak ia kehilangan pekerjaan, namun sebuah tawaran dari sahabatnya, Andi, membuka secercah harapan.

Andi, seorang teman yang lama ia kenal dari Surabaya, melihat potensi di tengah kesulitan yang dialami Tosan. Andi punya pengalaman membuka jasa kurir di Surabaya, dan ketika pindah ke Sidoarjo, ia mengusulkan ide yang bisa menjadi solusi bagi Tosan yang kini sedang berjuang. "Kenapa nggak coba buka jasa kurir aja di sini? Peluangnya bagus," ujar Andi kala itu. Ia bahkan membantu Tosan membuat website dan akun media sosial untuk mempromosikan layanan kurirnya dalam kota.

Bagi Tosan, tawaran itu tak hanya sekadar kesempatan, tapi sebuah dorongan untuk bangkit. Ia merasakan campuran antara gugup dan semangat yang membakar ketika melihat notifikasi pesan masuk pertama pada akun bisnisnya. Pesan itu berasal dari Andi sendiri, yang seolah ingin memastikan bahwa Tosan siap untuk tantangan ini.

“Ambil paket di Taman Pinang, antar ke Candi, Sidoarjo. Bisa, kan?” pesan Andi singkat, namun jelas memberikan arahan.

Tosan membalas dengan cepat, “Siap, Mas Andi! Terima kasih sudah percaya sama aku.”

Walau ini adalah pesanan pertama dari seorang teman, Tosan menganggapnya sangat serius. Ia tahu betul bahwa setiap perjalanan yang dimulai harus dimaknai dengan kesungguhan. Dengan penuh semangat, ia menghidupkan mesin motornya dan mulai melaju di jalan-jalan kota yang mulai ramai.

Sepanjang perjalanan menuju titik pengambilan di Taman Pinang, Tosan tak henti-hentinya berpikir, mengingat nasihat Andi tentang bagaimana menjaga kepercayaan pelanggan. “Pengiriman itu soal tanggung jawab, San. Bukan cuma antar barang, tapi nganterin amanah orang,” begitu pesan Andi yang selalu terngiang di telinganya.

Ketika sampai di lokasi, ia melihat Andi sudah berdiri di tepi jalan dengan kotak kecil di tangannya. Pria itu tersenyum melihat kedatangan Tosan, lalu melambaikan tangan.

“Nah, ini paketnya,” kata Andi sambil menyerahkan kotak berukuran sedang. “Isinya alat elektronik, jadi tolong hati-hati, ya.”

Tosan mengangguk dan tersenyum penuh keyakinan. “Tenang, Mas Andi. Ini bakal sampai dengan aman.”

Setelah memastikan paket tersimpan rapi dalam tas ranselnya, Tosan menghidupkan kembali motornya dan memulai perjalanan menuju Candi. Jalanan tampak ramai di beberapa titik, tapi ia terus melaju, menembus keramaian dengan kehati-hatian. Saat memasuki area yang lebih sepi, Tosan merasa lega dan semangatnya semakin membara.

Di tengah perjalanan, langit mendung tiba-tiba berubah menjadi hujan gerimis yang cukup deras. Tosan memutuskan berhenti sejenak untuk mengenakan jas hujan dan memastikan paketnya tetap aman. Meski agak basah dan dingin, ia tetap melanjutkan perjalanan dengan penuh ketekunan. Setiap kali ia merasa ragu, ia ingat bahwa Andi telah menaruh kepercayaan besar padanya. Andi yang memberinya peluang, yang percaya bahwa Tosan mampu mengemban tanggung jawab ini.

Setelah melalui beberapa jalur yang licin, akhirnya Tosan sampai di perumahan tujuan di Candi. Dengan tenang, ia memarkir motor dan berjalan mendekati rumah penerima. Seorang wanita paruh baya membuka pintu dan menyambut Tosan dengan ramah.

“Kamu dari jasa kurir, ya?” tanya wanita itu sambil tersenyum.

“Iya, Bu. Ini paket dari Pak Andi,” jawab Tosan sambil menyerahkan paket yang ia jaga dengan baik sepanjang perjalanan.

Wanita itu mengucapkan terima kasih dengan tulus, lalu memberi Tosan sedikit uang tip sebagai tanda penghargaan. Walau awalnya ingin menolak, akhirnya Tosan menerima dengan penuh rasa terima kasih. Baginya, apresiasi dari pelanggan—meskipun baru ini datang dari orang dekat Andi—sudah memberikan semangat besar.

Saat ia mengendarai motor kembali ke rumah, Tosan merasa seolah mendapatkan pengalaman yang berarti. Ini memang baru awal, namun ia merasakan kepercayaan yang kuat untuk melanjutkan usaha ini. Sidoarjo adalah kota yang ia kenal dengan baik, dan setiap sudutnya kini terasa penuh kemungkinan.

Di rumah, Tosan menatap motornya dengan penuh syukur. Andi benar—ini adalah jalan yang bisa mengubah hidupnya. Dan Tosan bertekad untuk menjaga amanah ini sebaik mungkin, satu pengiriman demi pengiriman, hari demi hari.

Dengan rasa bangga dan semangat yang membara, ia tahu bahwa hari esok membawa peluang baru, dan roda perjalanan hidupnya telah berputar.

Bisa kirim + ambil barang

49: Assalamu'alaikum

49: Pak bisa kirim ambil barang kah

49: _Saya ingin *pesan-KURIR-*-

Nama-Saya : Re--

Waktu-dibutuhkan : sekarang

Alamat-AMBIL : perum bumi suko indah 

Alamat-KIRIM : expedisi bayajaya express surabaya

ma: Waalaikumsalam warahmatullahi

49: Barangnya ada 3 koli

49: Kalau ga bisa hari ini besok juga gpp

ma: Dihubungi Fauzan yq 





Format Order SMS (atau - W A -):
Nama Barang, Nama Pengirim, Alamat Pengambilan, telp - Nama Penerima, Alamat Penerima, Telp

Contoh :
(ambil) Baju, Ayu, Jl. Simping no 46 Sidoarjo, 0813 2770 7780 - (kirim) Darwanto, Jl. Kupang Jaya 2 no 7 Surabaya, 085806661138


Kurir Sidoarjo | # - # | Memberikan layanan Kurir Dalam Kota yang murah, mudah, praktis dan amanah

Layanan Ambil dan Kirim Barang dalam Kota Sidoarjo - Surabaya dan sekitarnya : | WhatsApp : 0858 0666 1138 |