Part 1: Ketika Roda Pertama Berputar
Pagi itu, kabut tipis masih menyelimuti sungai kecil yang mengalir tenang di belakang rumah Tosan. Ia berdiri di depan motornya, mengenakan jaket dan helm, sembari menatap dalam-dalam kendaraan yang telah ia beli dari hasil kerjanya di pabrik. Dua bulan terakhir terasa berat sejak ia kehilangan pekerjaan, namun sebuah tawaran dari sahabatnya, Andi, membuka secercah harapan.
Andi, seorang teman yang lama ia kenal dari Surabaya, melihat potensi di tengah kesulitan yang dialami Tosan. Andi punya pengalaman membuka jasa kurir di Surabaya, dan ketika pindah ke Sidoarjo, ia mengusulkan ide yang bisa menjadi solusi bagi Tosan yang kini sedang berjuang. "Kenapa nggak coba buka jasa kurir aja di sini? Peluangnya bagus," ujar Andi kala itu. Ia bahkan membantu Tosan membuat website dan akun media sosial untuk mempromosikan layanan kurirnya dalam kota.
Bagi Tosan, tawaran itu tak hanya sekadar kesempatan, tapi sebuah dorongan untuk bangkit. Ia merasakan campuran antara gugup dan semangat yang membakar ketika melihat notifikasi pesan masuk pertama pada akun bisnisnya. Pesan itu berasal dari Andi sendiri, yang seolah ingin memastikan bahwa Tosan siap untuk tantangan ini.
“Ambil paket di Taman Pinang, antar ke Candi, Sidoarjo. Bisa, kan?” pesan Andi singkat, namun jelas memberikan arahan.
Tosan membalas dengan cepat, “Siap, Mas Andi! Terima kasih sudah percaya sama aku.”
Walau ini adalah pesanan pertama dari seorang teman, Tosan menganggapnya sangat serius. Ia tahu betul bahwa setiap perjalanan yang dimulai harus dimaknai dengan kesungguhan. Dengan penuh semangat, ia menghidupkan mesin motornya dan mulai melaju di jalan-jalan kota yang mulai ramai.
Sepanjang perjalanan menuju titik pengambilan di Taman Pinang, Tosan tak henti-hentinya berpikir, mengingat nasihat Andi tentang bagaimana menjaga kepercayaan pelanggan. “Pengiriman itu soal tanggung jawab, San. Bukan cuma antar barang, tapi nganterin amanah orang,” begitu pesan Andi yang selalu terngiang di telinganya.
Ketika sampai di lokasi, ia melihat Andi sudah berdiri di tepi jalan dengan kotak kecil di tangannya. Pria itu tersenyum melihat kedatangan Tosan, lalu melambaikan tangan.
“Nah, ini paketnya,” kata Andi sambil menyerahkan kotak berukuran sedang. “Isinya alat elektronik, jadi tolong hati-hati, ya.”
Tosan mengangguk dan tersenyum penuh keyakinan. “Tenang, Mas Andi. Ini bakal sampai dengan aman.”
Setelah memastikan paket tersimpan rapi dalam tas ranselnya, Tosan menghidupkan kembali motornya dan memulai perjalanan menuju Candi. Jalanan tampak ramai di beberapa titik, tapi ia terus melaju, menembus keramaian dengan kehati-hatian. Saat memasuki area yang lebih sepi, Tosan merasa lega dan semangatnya semakin membara.
Di tengah perjalanan, langit mendung tiba-tiba berubah menjadi hujan gerimis yang cukup deras. Tosan memutuskan berhenti sejenak untuk mengenakan jas hujan dan memastikan paketnya tetap aman. Meski agak basah dan dingin, ia tetap melanjutkan perjalanan dengan penuh ketekunan. Setiap kali ia merasa ragu, ia ingat bahwa Andi telah menaruh kepercayaan besar padanya. Andi yang memberinya peluang, yang percaya bahwa Tosan mampu mengemban tanggung jawab ini.
Setelah melalui beberapa jalur yang licin, akhirnya Tosan sampai di perumahan tujuan di Candi. Dengan tenang, ia memarkir motor dan berjalan mendekati rumah penerima. Seorang wanita paruh baya membuka pintu dan menyambut Tosan dengan ramah.
“Kamu dari jasa kurir, ya?” tanya wanita itu sambil tersenyum.
“Iya, Bu. Ini paket dari Pak Andi,” jawab Tosan sambil menyerahkan paket yang ia jaga dengan baik sepanjang perjalanan.
Wanita itu mengucapkan terima kasih dengan tulus, lalu memberi Tosan sedikit uang tip sebagai tanda penghargaan. Walau awalnya ingin menolak, akhirnya Tosan menerima dengan penuh rasa terima kasih. Baginya, apresiasi dari pelanggan—meskipun baru ini datang dari orang dekat Andi—sudah memberikan semangat besar.
Saat ia mengendarai motor kembali ke rumah, Tosan merasa seolah mendapatkan pengalaman yang berarti. Ini memang baru awal, namun ia merasakan kepercayaan yang kuat untuk melanjutkan usaha ini. Sidoarjo adalah kota yang ia kenal dengan baik, dan setiap sudutnya kini terasa penuh kemungkinan.
Di rumah, Tosan menatap motornya dengan penuh syukur. Andi benar—ini adalah jalan yang bisa mengubah hidupnya. Dan Tosan bertekad untuk menjaga amanah ini sebaik mungkin, satu pengiriman demi pengiriman, hari demi hari.
Dengan rasa bangga dan semangat yang membara, ia tahu bahwa hari esok membawa peluang baru, dan roda perjalanan hidupnya telah berputar.