Tosan Kurir, Part 13: Bayangan di Tengah Malam


Part 13: Bayangan di Tengah Malam

Tosan mempercepat motor, meskipun hujan semakin deras. Jalanan yang semula familiar kini tampak asing. Setiap lampu jalan yang berkedip seakan menjadi petunjuk bagi jalannya, namun di saat yang sama, setiap detik yang berlalu menambah rasa cemas di dadanya. Perasaan yang tadi samar kini semakin nyata. Andi, sahabatnya, sudah memberi peringatan yang jelas, tapi Tosan tetap merasa terhanyut oleh ketidakpastian.

Jarak yang harus ditempuh menuju lokasi tujuan semakin jauh. Alamat yang dikirim melalui pesan sebelumnya mengarah ke kawasan pinggiran kota, jauh dari pusat keramaian. Tempat itu tampak sepi, dengan bangunan-bangunan tua yang hampir terlupakan. Semakin mendekat, semakin gelap suasana di sekitar jalan. Hanya suara mesin motor yang menghiasi malam yang hening, sementara hujan turun lebih lebat, menambah kabut yang menyelimuti jalan.

Tosan tidak tahu apa yang menunggunya di sana. Mungkin itu hanya perasaan cemas biasa, atau mungkin, seperti yang dikhawatirkan Andi, ia sedang memasuki dunia yang jauh lebih dalam daripada yang ia bayangkan. Ratusan pertanyaan kembali melintas di pikirannya, tapi tak ada satu pun yang memiliki jawaban yang pasti. Pikirannya teralihkan sejenak oleh sebuah lampu merah yang menyala di kejauhan, memaksanya untuk berhenti sejenak di sebuah persimpangan jalan.

Ia merogoh ponselnya dan memeriksa pesan lagi. Sebuah lokasi titik yang harus ia tuju, sebuah alamat di pinggiran yang tak tampak seperti sebuah tempat pengiriman biasa. Tidak ada keterangan lebih lanjut, hanya instruksi untuk pergi ke sana dan menunggu. Tapi siapa yang akan ia temui? Apa yang akan terjadi setelah itu?

Sementara ia merenung, suara ketukan pelan di kaca spion motornya membuatnya terkejut. Tosan menoleh, tetapi tidak ada siapapun di belakangnya. Keheningan malam kembali menguasai, namun ia merasa ada yang salah. Perasaan tak nyaman itu kembali menggelayuti dirinya, membuatnya semakin tidak fokus pada perjalanan.

Namun, ia tetap melanjutkan perjalanannya. Bagaimanapun juga, ia sudah terlalu jauh untuk mundur. Ia harus menyelesaikan tugas ini, apapun yang ada di depannya. Dengan keyakinan yang semakin rapuh, Tosan memutar gas motornya dan melaju kembali. Hujan semakin lebat, dan lampu jalan semakin langka.

Setelah beberapa saat, ia akhirnya sampai di sebuah gang sempit yang memimpin ke area yang lebih terpencil. Gang itu gelap, hanya diterangi oleh cahaya samar dari lampu jalan yang jauh. Tempat ini tidak tampak seperti area perumahan atau ruko biasa. Di ujung gang, sebuah bangunan tinggi dengan tembok berwarna kelabu menonjol, namun dengan pintu utama yang tampaknya sudah lama tidak digunakan. Suasana ini terasa semakin mencekam, dan Tosan mulai merasakan ketegangan yang lebih nyata.

Ia berhenti tepat di depan bangunan tersebut, dengan motor yang terhenti di samping pintu besar yang tampak terbengkalai. Hujan tidak juga berhenti, dan udara terasa semakin dingin. Tosan merogoh sakunya, mencari instruksi lebih lanjut dari ponsel. Namun, tidak ada pesan atau panggilan masuk lagi. Semua seolah tiba-tiba hening. Sebuah kesunyian yang menakutkan.

Tosan melangkah pelan ke pintu bangunan yang tertutup rapat itu. Ia mengangkat tangan dan mengetuk pintu, namun suara ketukannya terasa begitu keras di tengah malam yang sepi. Hatinya berdebar. Entah mengapa, ia merasa seperti ada yang mengawasinya. Ada perasaan bahwa ia bukan satu-satunya orang yang berada di sini.

Tiba-tiba, pintu itu terbuka dengan suara berderit yang menyayat telinga. Seorang pria berbadan tegap berdiri di balik pintu, mengenakan jas hitam dan kaca mata gelap, meskipun cuaca malam itu hujan deras. “Tosan,” suara pria itu terdengar serak, tetapi penuh penekanan.

“Siapa Anda?” Tosan bertanya, mencoba menyembunyikan rasa gugupnya. Matanya berkeliling, memindai tempat itu, namun hanya ada kegelapan di sekitar mereka.

“Masuk,” kata pria itu singkat, tidak memberikan banyak waktu bagi Tosan untuk bertanya lebih lanjut.

Tosan ragu sejenak, tetapi kemudian melangkah masuk, membiarkan pria itu menuntunnya ke dalam. Di dalam, suhu terasa lebih dingin. Lantai beton yang dingin terasa keras di telapak kakinya. Pria itu memimpin Tosan melalui lorong yang panjang dan gelap menuju sebuah ruangan yang lebih besar. Di sana, lampu neon yang pudar hanya memberikan pencahayaan minim, memperjelas suasana yang tidak nyaman.

Di tengah ruangan, terdapat meja besar dengan layar komputer dan perangkat lainnya. Namun, yang lebih mencolok adalah beberapa sosok lainnya yang tampak sedang bekerja, memeriksa peta dan data. Mereka tidak tampak seperti orang biasa. Mata mereka tajam, penuh perhatian, seakan tahu lebih banyak dari yang Tosan duga.

“Tosan, duduklah,” pria itu berkata, gestur tangannya menunjukkan kursi yang kosong di ujung meja. “Kami menunggu kamu.”

Tosan duduk dengan ragu, namun tidak bisa mundur lagi. Apa yang sedang terjadi? Apa yang sebenarnya diinginkan orang-orang ini darinya? Pria itu duduk di seberang meja, menghadapinya.

“Ini bukan pekerjaan biasa yang kamu kira,” kata pria itu, dengan nada lebih serius. “Tugasmu lebih penting dari yang kamu bayangkan. Apa yang kamu bawa dan apa yang kamu kirim bukan hanya sekedar barang. Ini adalah bagian dari sistem yang lebih besar, sistem yang menghubungkan banyak hal yang tidak kamu mengerti. Informasi yang kamu antar akan menentukan langkah berikutnya dalam permainan ini.”

Tosan menatap pria itu, dan seluruh tubuhnya terasa kaku. Selama ini, ia hanya berpikir bahwa pekerjaan kurir yang ia lakukan hanyalah pekerjaan sederhana. Mengantar barang dari titik A ke titik B. Tidak lebih. Namun sekarang, semuanya terasa jauh lebih rumit dan lebih berbahaya daripada yang ia kira.

“Jadi, apa yang saya harus lakukan?” Tosan bertanya, berusaha untuk tetap tenang meskipun hatinya berdegup keras.

“Sekarang kamu harus memilih, Tosan,” kata pria itu sambil memutar layar komputer di depannya. Di layar, tampak peta yang menunjukkan banyak titik di kota. “Kamu sudah berada di persimpangan. Apa yang kamu lakukan selanjutnya akan menentukan jalan yang akan kamu ambil. Pilihan kamu akan mengubah segalanya.”

Tosan merasa jantungnya berdebar. Pilihan? Apa maksudnya dengan pilihan ini? Apa yang sebenarnya terjadi? Namun, sebelum ia sempat bertanya lebih lanjut, pria itu sudah menatapnya dengan tatapan tajam.

“Pilih, Tosan. Masa depan kamu ada di tanganmu,” pria itu berkata.

Tosan menatap layar di depannya, mencoba mencerna semuanya. Di balik layar, di balik permainan ini, ada sesuatu yang lebih besar yang sedang bermain. Ia harus memilih. Tapi pilihan ini akan mengubah hidupnya selamanya.

1 komentar

Terkait

  1. membuat komentar untuk cerita semacam ini. bagus juga

    BalasHapus

Kurir Sidoarjo | # - # | Memberikan layanan Kurir Dalam Kota yang murah, mudah, praktis dan amanah

Layanan Ambil dan Kirim Barang dalam Kota Sidoarjo - Surabaya dan sekitarnya : | WhatsApp : 0858 0666 1138 |