Part 2: Sinyal Panggilan Pertama
Langit pagi itu cerah, angin pagi Sidoarjo terasa sejuk menerpa wajah Tosan yang siap memulai harinya sebagai kurir. Setelah menyelesaikan pengiriman pertama yang dibantu oleh Andi, Tosan kini bersiap menghadapi pesanan baru. Ponselnya masih sunyi, belum ada notifikasi baru di aplikasi pesan atau media sosialnya. Namun, Tosan tetap bersemangat, bersiap-siap di depan motornya yang selalu setia.
Sambil menunggu order pertama hari itu, Tosan mengingat pesan orang tuanya agar selalu memulai aktivitas dengan berdoa. Ia beristighfar, mengucap dzikir, dan bersholawat, berharap setiap perjalanan yang ia tempuh membawa berkah. Di benaknya, ia percaya bahwa setiap doa akan membimbingnya pada arah yang lebih baik, bahwa setiap dzikir akan menjaganya di jalan, dan setiap sholawat akan menghubungkan harapannya kepada Allah melalui keberkahan Rasulullah.
Seketika, sebuah notifikasi terdengar di ponselnya. Sinyal itu, meski sederhana, bagai panggilan baru yang menyalakan semangat Tosan. Sebuah pesanan masuk dari seorang pelanggan yang tinggal di daerah Gedangan. Pelanggan ini meminta barangnya diambil di sebuah toko elektronik di Waru untuk kemudian diantar ke rumahnya di Gedangan.
Tosan tak membuang waktu. Ia segera membalas pesan itu dengan sopan, memberi kepastian kepada pelanggan baru tersebut bahwa ia akan segera menuju lokasi pengambilan. Tak lama setelah itu, ia pun memulai perjalanan menuju Waru, sambil berdoa agar perjalanannya lancar tanpa hambatan.
Sepanjang perjalanan, Tosan terus menggumamkan dzikir dan sholawat. Dengan hati yang tenang, ia merasa perjalanan ini tidak sekadar pekerjaan, melainkan bentuk pengabdian dan ikhtiar. Setiap ruas jalan yang dilaluinya ia lalui dengan penuh syukur. Rasa percaya diri dan harapan menguat dalam dirinya. Meski jalur yang ia lewati cukup ramai, ia merasa seolah dilindungi dan diarahkan oleh doa-doanya.
Ketika mendekati pusat Waru, jalanan mulai padat. Beberapa kendaraan terhenti akibat lampu lalu lintas yang cukup lama. Sambil menunggu, Tosan menghela napas dan kembali mengucapkan dzikir dengan khusyuk. Di dalam hati, ia terus berharap agar usahanya yang baru ini diberikan kelancaran. Ia merasa bahwa setiap detik yang ia lalui dalam perjalanan ini adalah bentuk latihan kesabaran dan keteguhan hati.
Setelah melewati lampu merah dan keluar dari kepadatan jalan utama, akhirnya ia tiba di toko elektronik yang disebutkan oleh pelanggan. Toko itu tampak ramai, dan Tosan segera menghampiri kasir untuk menyampaikan bahwa ia datang untuk mengambil pesanan atas nama pelanggan yang disebutkan. Setelah memastikan semuanya sesuai, pihak toko menyerahkan paket kepada Tosan—sebuah kotak elektronik yang tampak ringkih. Tosan segera menyimpannya dengan hati-hati di dalam tas pengiriman, memastikan barang tersebut terlindung dengan baik.
Sebelum melanjutkan perjalanan, ia kembali menarik napas panjang dan berdoa agar perjalanannya selamat sampai tujuan. Dengan penuh tekad, ia menyalakan motor dan mulai melaju menuju Gedangan, tempat tujuan pengiriman. Di sepanjang perjalanan, ia kembali berdzikir dan bersholawat, merasakan ketenangan yang mengalir di dalam hati.
Dalam perjalanannya menuju Gedangan, jalanan menjadi sedikit lengang. Angin yang berembus lembut menambah rasa syukur dalam diri Tosan. Ia tak henti-hentinya mengucap alhamdulillah dalam hati, merasa diberkahi atas segala kesempatan ini. Sesekali, ia membayangkan betapa bersyukurnya pelanggan saat menerima barang pesanannya dalam keadaan baik. Baginya, menjadi kurir bukan sekadar mengantar barang, tetapi mengantar kebahagiaan dan kepercayaan.
Ketika akhirnya ia tiba di daerah Gedangan, ia memeriksa alamat tujuan di ponselnya sekali lagi untuk memastikan ia tidak tersesat. Rumah pelanggan itu berada di sebuah perumahan sederhana. Saat ia mengetuk pintu, seorang pria berusia paruh baya keluar dengan senyum di wajahnya.
"Ini pesanan dari toko elektronik, Pak," ucap Tosan sambil menyerahkan paket tersebut dengan hati-hati.
"Terima kasih, Mas Tosan. Cepat sekali, ya. Saya baru pesan tadi pagi," jawab pria itu sambil tersenyum lebar.
Tosan membalas senyum itu dengan rasa syukur. “Sama-sama, Pak. Semoga bermanfaat.”
Pria itu mengucapkan terima kasih sekali lagi, memberikan beberapa lembar rupiah sebagai tip tambahan. Walau Tosan tak mengharapkan apa pun selain senyum dan rasa puas pelanggan, tip ini ia terima sebagai bentuk penghargaan atas jerih payahnya.
Dalam perjalanan pulang, hati Tosan terasa ringan. Sembari mengucapkan syukur dan melafalkan sholawat, ia sadar bahwa setiap perjalanan mengajarkannya arti keikhlasan. Andi benar—usaha ini bisa menjadi jalan rezeki, namun lebih dari itu, pekerjaan ini memberinya rasa percaya diri dan keyakinan bahwa Allah akan membimbing setiap langkahnya.
Kini, Tosan semakin bersemangat menantikan panggilan-panggilan berikutnya, dengan doa dan sholawat yang selalu menemani setiap putaran rodanya di jalanan Sidoarjo.