Part 3: Tantangan di Tengah Hujan
Siang itu, awan gelap mulai menggelayut di langit Sidoarjo, memberi tanda bahwa hujan deras akan segera turun. Tosan duduk di rumahnya, mengamati cuaca sambil berharap pesanan lain segera masuk. Ia sudah bertekad, tak peduli hujan atau panas, ia akan menjalankan usaha kurir ini dengan penuh tanggung jawab.
Tak lama, ponselnya berdering. Sebuah pesan masuk melalui aplikasi pesan yang terhubung dengan akun kurirnya. "Selamat siang, Mas Tosan. Saya butuh pengiriman barang dari Toko Al-Khair di kawasan Buduran, ke rumah di daerah Pucang," begitu pesan yang dikirim oleh seorang pelanggan baru bernama Bu Dini.
Tosan dengan sigap membalas, "Siang, Bu Dini. Bisa minta alamat lengkap dan nomor telepon untuk lokasi pengambilan dan tujuan kirimnya? Kalau bisa, tolong kirimkan juga pin lokasinya agar lebih mudah saya temukan, Bu."
Tak lama kemudian, Bu Dini membalas dengan detail yang diminta. Tosan mencatat dengan teliti setiap informasi, memastikan tak ada yang terlewat. Setelah alamat lengkap, nomor telepon, dan pin lokasi diterima, ia mengucapkan terima kasih dan memberi tahu Bu Dini bahwa ia akan segera berangkat.
Tosan meraih jas hujannya yang ia gantung di belakang pintu, bersiap untuk menghadapi kemungkinan hujan lebat di tengah perjalanan. Ia melirik motornya dan memastikan semuanya sudah siap, termasuk tas pengiriman yang ia pasang dengan aman di bagian belakang motor. Sembari berdoa, ia menghidupkan mesin dan mulai melaju ke arah Buduran, tempat pengambilan paket pertama.
Saat perjalanan menuju Buduran, gerimis mulai turun. Ia mempercepat laju motornya agar bisa sampai di toko sebelum hujan semakin deras. Sepanjang jalan, Tosan terus berdzikir dan melafalkan sholawat, memohon keselamatan dan kelancaran. Meski jalanan mulai basah dan licin, hatinya terasa tenang, seolah langkahnya dijaga.
Ketika sampai di Toko Al-Khair, Tosan segera parkir dan masuk ke dalam. Ia memberi tahu kasir bahwa ia datang untuk mengambil barang pesanan atas nama Bu Dini. Pihak toko menyerahkan paket tersebut, sebuah kotak berukuran sedang yang telah dilapisi plastik agar aman dari hujan. Tosan meletakkan paket itu dengan hati-hati di dalam tas pengiriman, lalu mengencangkan ritsleting agar barang tetap aman.
Sebelum melanjutkan perjalanan menuju Pucang, ia memeriksa kembali pesan dari Bu Dini untuk memastikan alamat dan pin lokasi sudah benar. Hujan yang tadinya hanya gerimis, kini mulai turun semakin deras. Tosan mengenakan jas hujan, lalu menutupi tas pengiriman dengan tambahan pelindung plastik agar paket tetap kering.
Dengan penuh kehati-hatian, ia mulai melaju ke arah Pucang. Perjalanan kali ini penuh tantangan. Air hujan yang deras membuat pandangan agak terbatas, dan beberapa ruas jalan mulai tergenang air. Namun, Tosan tetap melafalkan dzikir dan sholawat di sepanjang jalan, menguatkan dirinya untuk fokus dan tenang.
Di tengah perjalanan, sebuah tantangan baru muncul. Sebuah truk besar melintas dan menyebabkan cipratan air yang mengenai bagian depan motornya. Tosan hampir kehilangan keseimbangan, namun dengan sigap ia berhasil menguasai kemudi. Di hatinya, ia mengucapkan syukur atas perlindungan Allah. “Alhamdulillah,” gumamnya pelan, merasa lega meski sempat dibuat panik oleh insiden kecil itu.
Saat mendekati area Pucang, ia berhenti di tepi jalan untuk memeriksa peta dan pin lokasi yang dikirimkan oleh Bu Dini. Setelah memastikan arah yang tepat, ia kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah pelanggan. Hujan yang masih mengguyur tak mengendurkan semangatnya untuk menyelesaikan tugas dengan baik.
Akhirnya, ia sampai di lokasi tujuan. Rumah Bu Dini terlihat sederhana namun rapi, terletak di ujung gang kecil. Ia memarkir motornya di depan rumah, lalu mengetuk pintu. Tak lama, seorang wanita paruh baya muncul, tersenyum lebar meski melihat Tosan basah kuyup di bawah jas hujannya.
"Terima kasih sudah mau antar di tengah hujan begini, Mas Tosan. Barangnya aman, kan?" tanya Bu Dini dengan nada khawatir.
Tosan tersenyum ramah. “Aman, Bu Dini. Sudah saya lindungi dengan baik selama perjalanan.”
Ia menyerahkan paket tersebut, memastikan tidak ada air yang masuk ke dalam. Bu Dini tampak puas dan berterima kasih atas layanan Tosan yang cepat dan teliti. Setelah menerima pembayaran dan ucapan terima kasih yang tulus, Tosan pun berpamitan.
Dalam perjalanan pulang, meski tubuhnya sedikit lelah dan basah, hati Tosan penuh dengan rasa syukur. Tantangan di tengah hujan ini memberinya kekuatan untuk menghadapi pekerjaan dengan lebih sabar dan penuh ketekunan. Ia tahu bahwa ini baru awal dari perjalanannya sebagai kurir, dan setiap pengalaman seperti ini membuatnya semakin tangguh.
Sambil memacu motornya pelan di bawah hujan yang mulai reda, ia kembali melafalkan dzikir dan sholawat. Bagi Tosan, setiap perjalanan adalah kesempatan untuk memperkuat ikhtiar dan mendekatkan diri kepada Allah. Dengan harapan besar di hatinya, ia siap menghadapi tantangan baru esok hari, tak peduli hujan atau panas.
___________________
Setelah selesai menjalankan tugasnya hari itu, Tosan kembali ke rumahnya di pinggir sungai kecil di Sidoarjo. Suasana senja yang tenang menyambutnya saat ia tiba, dengan sisa-sisa hujan yang masih menetes dari atap rumah. Badannya terasa pegal, namun ada rasa puas yang memenuhi hatinya.
Sesampainya di dalam rumah, Tosan menggantungkan jaket dan jas hujannya yang masih basah, kemudian duduk di kursi dekat jendela. Pandangannya menerawang, dan tanpa sadar ia mulai mengenang perjalanannya tadi siang. Perjalanan yang awalnya tampak sederhana itu ternyata penuh dengan pelajaran dan makna bagi dirinya.
Ia mengingat bagaimana hujan mulai turun saat ia berangkat mengambil barang di Buduran. Hujan yang awalnya hanya gerimis kemudian berubah menjadi deras, seolah-olah ingin menguji ketangguhan hatinya. Sepanjang perjalanan, Tosan merasa seperti dihadapkan pada berbagai ujian. Saat mengendarai motor di tengah hujan deras, ia merasakan butiran air hujan yang jatuh seperti menguji kesabarannya. Motor yang ia beli dengan hasil jerih payahnya dulu, kini menjadi saksi dalam setiap langkah awal usahanya sebagai kurir. Motor ini bukan hanya alat transportasi, tapi seolah-olah menjadi teman setianya yang ikut merasakan setiap tantangan.
"Saya kira perjalanan ini akan mudah," gumam Tosan, sambil menghela napas. Ia mengingat momen ketika ia hampir tergelincir saat melintasi genangan air, terutama di jalanan yang licin dan tergenang. Ia sempat diliputi rasa takut, namun setiap kali rasa itu muncul, ia mencoba menenangkan diri dengan berdzikir dan bersholawat. Doa-doa itu baginya seperti perisai tak terlihat, yang menjaga hatinya tetap kuat di tengah terpaan hujan dan angin.
Tosan juga mengenang bagaimana ketika sampai di depan toko, ia harus menunggu beberapa saat karena petugas sedang menyiapkan paketnya. Di sana, ia melihat orang-orang yang berlalu lalang dengan keperluan masing-masing. Banyak di antara mereka yang terburu-buru dan tergesa-gesa, membuat Tosan berpikir tentang waktu dan ketergesa-gesaan manusia dalam hidup ini. Dalam hati, ia berjanji untuk selalu menjalankan pekerjaannya dengan tenang, penuh kesabaran, dan tanpa terburu-buru, walaupun tantangan dan cuaca tak menentu menghadangnya.
Ia teringat juga saat Bu Dini, pelanggan yang memesan jasa antar hari itu, memberikan tip dan ucapan terima kasih yang tulus. Senyuman hangat dari Bu Dini masih tergambar jelas di pikirannya. Bagi Tosan, apresiasi itu lebih dari sekadar penghargaan; itu adalah bukti bahwa pekerjaannya berarti bagi orang lain. Senyuman dan doa tulus dari seorang pelanggan memberinya semangat lebih besar untuk menjalani profesinya dengan penuh keikhlasan.
Malam itu, sambil memandang langit yang mulai cerah setelah hujan reda, Tosan merasakan ketenangan yang sulit dijelaskan. Perjalanannya hari ini seolah membuka matanya bahwa setiap langkah dalam pekerjaan ini bukan hanya soal membawa barang dari satu titik ke titik lainnya. Ada keikhlasan yang teruji dalam setiap tantangan, ada ketangguhan yang lahir dari setiap rintangan yang ia lewati.
“Perjalanan ini baru permulaan, tapi terasa begitu dalam,” batinnya sambil tersenyum kecil. Ia tahu, ke depan mungkin masih akan banyak tantangan yang harus dihadapinya, baik yang terlihat maupun yang tidak. Namun, Tosan siap menghadapinya dengan sepenuh hati.
Dengan senyum yang tetap melekat di wajahnya, Tosan memutuskan untuk mengakhiri harinya dengan rasa syukur. Malam itu, ia berdoa dengan sungguh-sungguh, memohon kepada Allah agar diberikan kekuatan dan kelancaran dalam menjalankan usaha ini. Bagi Tosan, setiap hari adalah kesempatan untuk berbuat baik, untuk memberi yang terbaik, dan untuk terus belajar dari pengalaman yang ada di depan mata. Dan malam itu, ia tidur dengan hati yang lebih kuat, lebih tenang, dan lebih yakin akan hari esok.