Tosan Kurir, Part 7: Rute yang Berubah


 

Part 7: Rute yang Berubah

Pagi itu, Tosan merasa terjaga lebih awal dari biasanya. Meski tubuhnya merasa lelah setelah perjalanan semalam, pikirannya terus terjaga. Pesan yang ia terima kemarin sore, yang seolah memanggilnya untuk kembali ke tempat yang sama, terus menghantui. Ia merasa ada sesuatu yang penting yang belum ia pahami, dan ia tahu bahwa ia harus mengikuti jejak ini lebih jauh.

Namun, meski perasaan gelisah itu melingkupi dirinya, ia tetap melanjutkan rutinitasnya sebagai kurir. Tosan mengambil motor yang kini sudah menjadi sahabat perjalanannya, motor yang dibelinya dengan hasil kerja keras di pabrik yang kini telah ia tinggalkan. Motor itu bukan sekadar alat untuk bekerja, tetapi kini juga menjadi simbol kebebasan dan keberaniannya untuk mengambil langkah baru, meski jalan yang ia pilih tampak semakin rumit dan penuh misteri.

Tosan memulai hari itu dengan sebuah panggilan. Kali ini bukan dari Mas Danu, melainkan dari nomor yang tidak ia kenal, meskipun suara di ujung telepon itu terdengar familiar. "Tosan?" suara yang menanyakan dirinya terdengar tegas, namun juga mengandung sedikit ketegangan. Tosan mengenali suara itu. Itu suara pria yang ia temui kemarin—pria yang memberi alamat yang kini terasa seperti sebuah jebakan.

"Tosan, saya butuh bantuanmu sekali lagi," pria itu melanjutkan dengan suara yang lebih rendah, seolah khawatir ada orang yang mendengarnya. "Kamu tahu di mana tempat itu? Kami masih menunggumu."

Tosan menelan ludah, perasaan gelisah kembali muncul. "Saya tidak yakin apakah saya bisa datang lagi. Ada yang aneh dengan tempat itu," jawabnya, suara sedikit tergetar. "Kenapa tidak ada penjelasan yang jelas tentang semua ini?"

Pria itu terdiam sejenak. "Kami tidak bisa memberi banyak informasi. Kamu hanya perlu datang dan ikut instruksinya. Jika kamu datang, kamu akan tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi jangan datang sendirian. Lebih baik bawa orang lain kalau kamu merasa tidak aman."

Setelah itu, telepon terputus. Tosan menggenggam ponselnya erat-erat. Dalam hatinya, ia merasa semakin terombang-ambing antara rasa ingin tahu dan ketakutan yang semakin besar. Ia menatap motor yang terparkir di depan rumahnya. Ia tahu, apapun yang terjadi, ia tidak bisa mundur. Ia harus tahu lebih banyak tentang semua ini.

Seperti hari-hari sebelumnya, Tosan memulai perjalanan dengan hati yang berat. Pagi itu, cuaca terlihat cerah, namun Tosan merasakan ada sesuatu yang tak biasa. Ia merasa seolah setiap langkah yang ia ambil membawanya lebih dekat pada sesuatu yang tak ia pahami. Rute yang biasanya terasa familiar kini terasa seperti sebuah labirin yang penuh jebakan.

Tosan melaju di jalanan Sidoarjo, melewati gang-gang sempit dan rumah-rumah yang sepi. Semua terasa lebih lambat, lebih sunyi, dan lebih gelap dari yang ia ingat. Di sepanjang perjalanan, ia mulai merasa ada yang mengikutinya. Beberapa kali, ia melirik ke belakang, namun tidak ada kendaraan atau orang yang mencurigakan. Tapi, perasaan itu tetap ada, seolah ada seseorang yang selalu berada di belakangnya, mengawasi.

Ia berhenti sejenak di sebuah warung kopi kecil yang sering ia singgahi. Tosan duduk di kursi depan warung itu, menghirup secangkir kopi pahit yang sudah dipesannya. Pikirannya kembali melayang pada pesan yang ia terima beberapa hari lalu, dan apa yang terjadi semalam. Apa yang sebenarnya terjadi dengan pekerjaan ini? Mengapa ia merasa seperti terjebak dalam sebuah permainan yang tak ia mengerti?

Sambil menatap ke luar, Tosan melihat dua orang pria sedang duduk di sebuah bangku taman tak jauh dari warung kopi itu. Mereka berbicara dalam bisikan, wajah mereka terlihat serius. Tosan merasa mereka mengawasinya, meskipun mereka tidak terlihat memperhatikannya langsung. Tanpa berpikir panjang, Tosan berdiri, membayar kopi, dan kembali ke motor. Ia tidak ingin berlama-lama di tempat yang membuatnya semakin gelisah.

Sesampainya di rumah, Tosan kembali merenung. Mengapa tiba-tiba perasaan itu muncul begitu kuat? Ia tahu, semakin ia berusaha menghindar, semakin dekat misteri itu mengikutinya. Ia merasa dirinya seperti bagian dari teka-teki yang belum terselesaikan, dan semakin ia berusaha mencari jalan keluar, semakin rute yang ia tempuh semakin berubah.

Pada malam itu, Tosan memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan yang sudah ia mulai. Ia merasa tak bisa mundur lagi. Semua yang terjadi, termasuk pesan-pesan yang diterimanya, mengarah pada satu titik—tempat yang sama. Tempat yang penuh misteri, yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Ia tahu, hanya dengan menghadapinya, ia akan bisa mengungkap apa yang tersembunyi di balik semua ini.


Tosan kembali melewati jalan-jalan yang familiar. Kali ini, perasaan gelisahnya meningkat. Ia tahu bahwa ia semakin dekat dengan tempat itu. Tempat yang membuatnya merasa seperti ada sesuatu yang tak beres. Namun, Tosan tetap melanjutkan, dengan keyakinan bahwa hanya dengan mengetahui apa yang sedang terjadi, ia bisa menemukan jawaban yang selama ini ia cari.

Seiring ia mendekati lokasi yang dimaksud, rute yang ia lewati terasa semakin asing. Jalan-jalan yang biasanya ramai dengan kendaraan kini terasa sepi, seolah-olah kota itu menyembunyikan dirinya. Tosan merasa dirinya semakin terjebak dalam sebuah rute yang tak bisa ia hindari. Ia mencoba untuk menenangkan pikirannya, tapi ketegangan itu tidak bisa hilang begitu saja.

Saat ia tiba di sebuah tikungan yang lebih gelap dari biasanya, motor Tosan tiba-tiba berhenti. Mesin motor itu mati dengan sendirinya. Ia mencoba menyalakan kembali motor itu, namun tidak berhasil. Tosan merasa panik. Apa yang terjadi? Mengapa motor ini mati tepat di tempat yang begitu sepi dan gelap?

Dengan perasaan cemas, Tosan turun dari motor dan mulai memeriksa bagian mesin. Saat itulah ia mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Tosan menoleh, dan untuk pertama kalinya, ia melihat sosok yang tidak ia kenal—seorang pria yang mengenakan jas hitam, berdiri di ujung jalan. Matanya tajam, dan pandangannya menusuk langsung ke dalam dirinya. Pria itu hanya berdiri diam, tanpa bergerak, seolah menunggu sesuatu.

Tosan merasa seolah ada sesuatu yang sangat penting yang akan terjadi di tempat ini. Ia tahu, tak ada lagi jalan mundur. Ia harus berhadapan dengan kenyataan yang sudah menunggu untuk ia temui.

0 komentar

Terkait

Kurir Sidoarjo | # - # | Memberikan layanan Kurir Dalam Kota yang murah, mudah, praktis dan amanah

Layanan Ambil dan Kirim Barang dalam Kota Sidoarjo - Surabaya dan sekitarnya : | WhatsApp : 0858 0666 1138 |