Part 4: Rute Misterius di Tengah Kota
Pagi itu, cuaca di Sidoarjo terasa cerah, meskipun di beberapa bagian langit masih terlihat awan putih yang perlahan-lahan mengalir. Tosan terbangun lebih awal dari biasanya. Hari ini terasa berbeda. Seperti ada sesuatu yang menarik di luar sana, meski ia tidak bisa memastikannya. Ia sudah siap untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai kurir, meskipun hari-hari yang ia jalani sering kali penuh dengan ketidakpastian.
Pagi ini, pesan masuk di ponselnya. Tosan membuka aplikasi pesan yang terhubung ke akun kurirnya, dan membaca instruksi dari pelanggan yang baru pertama kali ia terima. Pesan itu datang dari seseorang yang bernama Mas Danu. Tosan sedikit terkejut karena nama itu tidak familiar, namun ia tidak terlalu memikirkannya. Semua pelanggan pasti harus dilayani dengan baik.
"Selamat pagi, Mas Tosan. Saya butuh bantuan Anda untuk mengantarkan paket penting dari kantor kami di pusat kota Sidoarjo menuju rumah di daerah Taman Pinang. Saya akan kirimkan alamat lengkap dan pin lokasi untuk memudahkan Anda," begitu bunyi pesan tersebut. Tosan membalas pesan itu dengan sigap, meminta nomor telepon dan memastikan detail alamat agar bisa menemukan lokasi dengan mudah.
Tak lama, informasi lengkap tentang alamat dan pin lokasi sudah diterima. Tosan mencatatnya dengan seksama, merasa yakin bahwa hari ini akan berjalan lancar, seperti biasa. Namun, ada sesuatu yang sedikit mengganjal di hatinya. Alamat yang diberikan Mas Danu bukanlah tempat yang biasa ia kunjungi. Kawasan pusat kota Sidoarjo, meskipun familiar, memiliki banyak gang-gang kecil yang kadang cukup membingungkan, terutama jika cuaca sedang tidak mendukung.
Namun, ia tak berpikir panjang. Itu adalah pekerjaan yang harus diselesaikan. Dengan hati yang tetap penuh semangat, Tosan menyalakan motornya dan mulai melaju. Pagi itu, kota masih cukup sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang melintas, dan udara terasa segar meskipun sedikit lembap akibat hujan yang turun semalam.
Perjalanan menuju pusat kota berjalan lancar. Tosan melewati jalan-jalan utama Sidoarjo yang sudah dikenalnya dengan baik. Namun, semakin ia dekat dengan lokasi tujuan, semakin terasa ada yang tidak biasa. Jalan-jalan di sekitar pusat kota tiba-tiba berubah menjadi lebih sempit, dengan gang-gang yang lebih ramai dan berbelok-belok. Tosan merasa ada sesuatu yang aneh.
Ketika sampai di titik yang sudah cukup dekat dengan alamat yang diberikan, Tosan mulai merasa bingung. Lokasi yang dimaksud tampaknya bukanlah tempat yang familiar baginya. Ia berhenti sejenak di pinggir jalan, membuka ponsel, dan memeriksa pin lokasi yang baru saja diterimanya. Ternyata, alamat tersebut membawa Tosan ke sebuah gang kecil yang tampaknya jarang dilewati orang.
Rasa curiga mulai muncul di hati Tosan. Ia memperhatikan sekeliling dengan cermat. Gang kecil yang menuju lokasi itu terasa sunyi dan sepi, berbeda dengan suasana kota yang ramai. Di salah satu sudut gang, sebuah bangunan tua yang tampaknya sudah lama tidak digunakan terlihat hampir tertutup oleh tanaman merambat. Meski begitu, Tosan merasa ada yang aneh. Tak ada tanda-tanda kehidupan di sekitar sana, hanya suara-suara kendaraan yang terdengar samar dari kejauhan.
Tosan mencoba menghubungi nomor yang diberikan oleh Mas Danu untuk memastikan petunjuk lebih lanjut. Namun, nomor itu tidak aktif. Tosan merasa kebingungan. Untuk beberapa saat, ia hanya terdiam, menimbang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Ia tahu, jika ia terus maju ke dalam gang itu, ia akan memasuki daerah yang tampaknya tidak biasa. Namun, ia juga tidak ingin mengecewakan pelanggan yang telah memintanya untuk mengantarkan barang.
Setelah beberapa saat berpikir, Tosan memutuskan untuk melanjutkan. “Mungkin ini hanya jalan yang belum pernah saya lewati sebelumnya,” katanya dalam hati, mencoba menenangkan diri. Ia mulai melaju memasuki gang kecil itu, dengan perlahan, sambil tetap memeriksa keadaan sekitarnya.
Sambil terus mengendarai motor, Tosan mengingat kembali perjalanan-perjalanan sebelumnya. Meski selalu ada ketidakpastian, selalu ada rasa syukur yang mengiringinya. Setiap perjalanan adalah ujian bagi dirinya untuk tetap sabar dan ikhlas. Namun, kali ini ia merasa ada sesuatu yang berbeda. Semua jalan yang ia lewati terasa semakin sempit, semakin tidak biasa. Lampu jalan di gang-gang ini pun sangat redup, hanya ada cahaya samar yang memantul dari beberapa jendela rumah yang terletak di samping kiri dan kanan.
Tak lama kemudian, Tosan sampai di ujung gang yang berakhir di sebuah lorong sempit yang lebih mirip jalan buntu. Ia berhenti, merasa ragu. Jalan yang ada di depannya tampak gelap, seperti sebuah lorong yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya. Hatinya mulai tidak nyaman, namun ia berusaha untuk tetap tenang.
Ia membuka ponselnya lagi untuk memeriksa petunjuk lebih lanjut. Tiba-tiba, sebuah pesan masuk. Tosan membuka pesan itu dengan cepat. Kali ini, pesan tersebut hanya berisi satu kalimat singkat: "Masukkan paket ke rumah dengan nomor 29. Terima kasih." Tidak ada nama pengirim, tidak ada penjelasan lebih lanjut. Hanya alamat dan instruksi yang tidak jelas.
Dengan hati yang semakin bingung, Tosan memutuskan untuk melanjutkan. "Saya harus melakukan ini," pikirnya. Ia melaju pelan-pelan menuju rumah nomor 29 yang tertera di pintu rumah yang tampaknya sudah tua dan tak terawat. Rumah itu terletak di ujung lorong gelap, dengan pintu yang sedikit terbuka.
Setiap langkah yang Tosan ambil menuju pintu rumah itu, terasa semakin berat. Hujan yang mulai turun lagi memberi kesan suram pada suasana sekitar. Angin malam bertiup kencang, membuat daun-daun kering yang jatuh dari pohon di sekitarnya berdesir seperti bisikan yang tak jelas. Namun, Tosan memaksakan dirinya untuk mendekati pintu rumah yang sedikit terbuka itu.
Pintu itu terbuka dengan suara berderit, memperlihatkan ruang dalam yang gelap. Tosan berdiri sejenak di ambang pintu, merasakan ada sesuatu yang ganjil, tapi ia mengumpulkan keberanian untuk masuk. Perlahan, ia melangkah ke dalam, memanggul paket di tangannya, dan mengetuk pintu.
Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar dari dalam. Pintu itu terbuka perlahan, memperlihatkan seorang pria tinggi dengan wajah yang tertutup bayangan. "Terima kasih, Mas," katanya pelan. Tosan hanya bisa tersenyum lemah, merasa ada sesuatu yang tidak beres dalam kejadian ini.
Paket itu diserahkan dengan cepat, dan pria itu menutup pintu tanpa banyak bicara. Tosan berdiri beberapa detik, merenung di depan pintu yang sudah tertutup rapat. Rasa tidak nyaman masih menyelubungi dirinya, namun ia tahu bahwa tugasnya telah selesai.
Ia berbalik, berjalan keluar lorong sempit, dan kembali menaiki motornya. Suasana kota yang semula terlihat biasa kini terasa semakin asing. Tosan menghela napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya. Ia tidak tahu apakah semua itu hanya kebetulan, ataukah ada sesuatu yang lebih dalam di balik rute misterius yang ia lewati tadi. Namun, satu hal yang ia tahu pasti: perjalanan ini membawa lebih dari sekadar barang yang dikirimkan. Setiap jalan yang ia lewati, setiap pelanggan yang ia temui, membawa pelajaran yang lebih besar tentang keberanian dan kepercayaan diri.
Dengan rasa ingin tahu yang tak terjawab, Tosan melanjutkan perjalanan pulang, berharap bisa mengungkap misteri di balik rute yang ia lalui hari ini.